Minggu, 09 Mei 2010

KIAT MEMAHAMI AL-QURAN dengan METODE MANHAJI

I. PENDAHULUAN.
Sebagaimana dimaklumi bahwa al-Qur'an adalah berbahasa Arab. al-Qur'an menegaskan hal ini dengan dua macam penyebutan :
a. Dengan penyebutan kata-kata "Qur'an" secara langsung, sebagaimana yang tercantum di dalam Surah-surah : Yusuf : 2 (Qur'anan Arabiyan), Thaha : 113 (Qur'anan Arabiyan), al-Zumar : 28 (Qur'anan Arabiyan), Fushilat : 3 (Qur'anan Arabiyan), al-Syura : 7 (Qur'anan Arabiyan), al-Zukhruf : 3 (Qur'anan Arabiyan).
b. Dengan menggunakan istilah "Lisan", sebagaimana yang tersebut di Surah-surah : al-Nahl : 103 (Lisanun Arabiyun), al-Syuara' : 195 (Lisanin Arabiyin), al-Ahqaf : 12 (Lisanan Arabiyan), Ibrahim : 4 (Lisani Qaumihi), Maryam : 97 (Lisanaka), dan al-Dukhan : 58 (Lisanaka), 
Keduabelas ayat tersebut menyatakan, bahwa Bahasa Arab adalah bahasa ilmiyah, alamiah, amaliah dan mudah. Kemudahan tersebut karena al-Qur'an turun sesudah Bahasa Arab eksis. Dan dipertegas lagi di dalam Surah : Maryam : 97, al-Dukhan : 58, al-Qomar : 17, 22, 32 dan 40, yang intinya bahwa al-Qur'an telah dibuat mudah baik yang Maktub, Mantuq maupun Mafhum nya.
Terbukti, bahwa secara sosiologis, berdasarkan fakta sosial tidak sulit mencari orang atau anak yang hafal al-Qur'an di luar kepala. Secara Ideologis, al-Qur'an adalah pedoman hidup, di dalamnya sarat dengan ajaran, tuntunan dan bimbingan untuk mendidik umat manusia. Maka tidak mungkin Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan al-Qur'an dengan bahasa yang sulit dipelajari.
Banyak orang menganggap bahwa al-Qur'an itu sulit dipahami. Hal ini tidak benar, sebab :
Pertama : kata "sulit" itu bisa saja terjadi kalau sudah berkali-kali mencoba tapi tidak bisa, padahal yang dicoba baru beberapa ayat saja, dan tidak mungkin untuk memahami satu ayat saja sampai berkali-kali mencoba,
Kedua : bukan Bahasa al-Qur'annya yang sulit, akan tetapi kosa kata Bahasa Indonesianya yang tidak selengkap Bahasa Arab, banyak kata-kata Arab sendiri yang dipakai oleh Bahasa Indonesia,
Ketiga : belum tentu kata-kata yang ada di dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk memaknai bahasa yang dikehendaki al-Qur'an,
Keempat : usia Bahasa Indonesia masih muda (belum satu Abad) jadi sistem susunan kalimatnya tidak bisa menyamai Bahasa al-Qur'an, dan
Kelima : karena faktor gurunya atau cara belajarnya yang tidak/kurang tepat.
Jadi persoalannya adalah bagaimana kiat untuk bisa memahami al-Qur'an yang berbahasa Arab itu ?
II. KIAT UNTUK MEMAHAMI AL-QUR'AN.
Usaha yang perlu dilakukan adalah dengan melalui suatu metode yang diawali dengan cara yang sederhana dan mudah, kemudian semakin meningkat, yang diharapkan bisa diikuti oleh semua lapisan masyarakat, dengan berbagai fareasi usia dan latar belakang pendidikannya.
Metode tersebut adalah mencakup cara belajarnya, jenjangnya dan buku panduannya. Uraiannya sebagai berikut :
1. METODE BELAJAR :
1. Menyiapkan kelas :
Idealnya maksikmal 15 orang satu kelas. Yang baik dikelompokkan berdasarkan usianya, sebaiknya peserta didik sudah berusia 15 tahun atau sudah baligh, karena al-Qur'an menggunakan bahasa orang dewasa. Atau mereka dikelompokkan berdasarkan latar belakang pendidikannya. Alokasi waktunya 90 menit setiap tatap muka, kalau bisa seminggu dua kali, kalau seminggu hanya sekali maka alokasi waktunya ditambah. Peserta didik membawa al-Qur'an dan alat tulis, dan kelasnya dilengkapi dengan alat tulis sebagaimana lazimnya.
2. Landasan teori :
Dengan pendekatan CBSA, mula-mula peserta didik diajak membaca satu ayat satu ayat, kemudian Ustadz pemandunya mengajak mengartikan kata demi kata dalam ayat tersebut. Praktek ini dilakukan secara klasikal dan indivdual. Selanjutnya Ustadz mengajak memahami terjemahnya, dan membicarakan rangkaian antara ayat tersebut dengan ayat sebelumnya, kalau ada. Bila perlu dilengkapi dengan Asbab al-Nuzulnya.

3. Landasan praktek :
Praktenya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
a. Tahap Analitik, terdiri dari :
 1. Tahap membaca :
 Ustadz memulai dengan membacakan satu ayat, peserta didik secara klasikal menirukannya setiap Ustadz selesai membaca. Sesudah itu para peserta membaca ulang secara bergantian, sampai seluruh peserta selesai membaca. Apabila peserta didik sudah pandai membaca, maka tidak perlu dibimbing lagi.
 2. Tahap mengartikan kata demi kata :
 Ustadz mengartikan kata demi kata, peserta didik menirukannya secara klasikal, sampai satu ayat; kemudian peserta didik diberi kesempatan mengulanginya secara bergantian. Kalau kualitas peserta didik sudah diketahui, maka yang paling pintar diberi kesempatan terlebih dahulu, dan yang paling rendah daya serapnya diberi kesempatan terakhir.
 3. Tahap memahami arti ayat :
 Sesudah itu peserta didik diajak belajar memahami arti dan maksud ayat tersebut. Sebab boleh jadi mereka bisa mengartikan kata demi kata, akan tetapi setelah disuruh merangkai dalam satu ayat mereka tidak mengerti atau salah paham. Maka bila perlu Ustadz menjelaskan Asbab al-Nuzul nya. Cara ini berlangsung sampai satu materi kajian dalam tatap muka itu selesai.
b. Tahap Sintetik :
 Sesudah memahami setiap ayat, dilanjutkan dengan merangkaikan antara ayat tersebut dengan ayat sebelumnya. Apabila ada hubungannya, maka peserta akan memperoleh pengertian pertalian ayat-ayat tersebut, sebaliknya, bila tidak, maka peserta akan mengerti eksistensi masing-masing ayat.
c. Tahap evaluasi :
 Ustadz mengevaluasi secara klasikal atau individual, secara sporadis dan spontanitas, dari awal hingga akhir materi dalam tatap muka tersebut.
Demikian seterusnya, metode ini diterapkan sesuai dengan jenjangnya, yang setiap tingkat perlu menyelesaikan satu Juz. Tetapi ini ukuran yang ideal, dan dalam waktu 2 kali tatap muka dalam satu minggu. Apabila tidak dapat menjangkau yang ideal ini pun tidak salah. Yang penting ketiga tahapan ini dapat tercapai.
 2. JENJANG PENDIDIKAN :
Karena materi kajiannya langsung ayat-ayat al-Qur'an, maka pengajaran dimulai dari Surah al-Fatihah, dan secara edukatif pendidikan diatur berjenjang, mengikuti urut-urutan Surah dan Ayat al-Qur'an itu sendiri, dengan asumsi bahwa peserta belajar akan mudah menerima.
Karena itu jenjangnya diatur sebagaimana jenjang pendidikan pada umumnya, yaitu sebagai berikut : 

1. Tingkat Dasar,
Memahami arti kata-kata dan perubahannya, bagi kata-kata yang bisa berubah, dengan rincian :
 a. Separoh Juz I bagian pertama (mulai ayat 1 s/d ayat 66) mengartikan kata demi kata saja, metodenya Monologis dan Dialogis. Dalam tahap ini Ustadz pemandunya menjelaskan mana arti yang sesungguhnya, arti kiasan, atau perumpamaan dan lain sebagainya.
 b. Separoh Juz I bagian kedua (mulai ayat 67 s/d ayat 141) mengartikan kata demi kata, ditambah mengenalkan jenis kalimahnya, yaitu : Isim, Fi'il (Madhi, Mudhari dan Amr) dan Huruf, metodenya Monologis dan Dialogis.
 Setelah mencapai separoh perjalanan, ditambah lagi dengan mengenalkan bentuk perubahan dari Madhi ke Mudhari' dan ke Amar; demikian sebaliknya, metodenya Monologis.
Dalam tingkatan ini peserta diharap sudah menguasai satu Juz, yang terdiri dari sebanyak kurang lebih 3666 kata-kata, dan sudah bisa membedakan jenis-jenis kalimah yang ada, cara mengartikan, berikut cara menentukan perubahan kata kerja (Fi'il)nya. Untuk ini dalam buku panduannya perlu dijabarkan dengan menggunakan kolom-kolom untuk masing-masing jenis kalimah, dan bagaimana perubahannya. 
2. Tingkat Menengah,
Masih mempelajari teknik mengartikan kalimah, tapi ditambah dengan cara mengubahnya, dengan rincian :
 a. Separoh Juz II bagian pertama (mulai ayat 143 s/d ayat 203) mengartikan kata demi kata sudah tidak perlu lagi, hanya teks ayatnya masih tetap dipotong-potong kata demi kata, kemudian dikembangkan dengan mengenali Fi'il Jamid dan Mutasharrif berikut cara mengubahnya, Jamid dan Musytaq berikut cara mengubahnya, metodenya Monologis dan Dialogis.
 b. Separoh Juz II bagian kedua mengartikan kata-kata, dan mengenalkan Isim-isim Musytaq berikut cara mengubahnya, metodenya Monologis dan Dialogis.
Pada langkah ini peserta didik diajari mentasrifkan semua jenis Fi'il, mengikuti Dhamirnya. Dengan demikian, fi'il-fi'il yang sudah pernah mereka pelajari di Juz I, secara otomatis dapat mereka kuasai. Tinggal melihat bagaimana kecakapan Ustadznya dalam membelajarkan peserta didik dengan menggunakan kolom-kolom seperti yang lalu. Yang perlu dicatat, bahwa Ustadz pemandunya adalah ibarat yang difotokopi, kalau yang difotokopi jelas, hasilnya akan jelas, tapi kalau yang difotokopi tidak jelas, maka hasilnya pun tidak akan jelas juga.
3. Tingkat Atas,
Mulai mengenali susunan kalimat, rinciannya : 
 a. 1/2 Juz III bagian pertama sampai akhir Al-Baqarah, mengartikan kata-kata, dengan mengenalkan mana kalimah yang Mabni dan mana yang Mu'rab, baik Isim maupun Fi'ilnya, menyususl Umdahnya, metodenya Monologis & Dialogis.
 b. 1/2 Juz III bagian kedua (mulai awal Ssurah Ali Imran) sampai akhir Juz III, mengartikan kata-kata, ditambah mengenalkan bagian-bagian yang Takmilah, metodenya Monologis & Dialogis, dan
Pada langkah ini peserta didik sudah pandai mengartikan kata demi kata, kemudian dilanjutkan dengan mulai belajar mengenali macam-macam susunan kalimat (Jumlah). Dalam mengembangkan ketrampilan, mereka diajak berlatih untuk mengkaji model susunan kalimat itu pada ayat-ayat yang sudah mereka kaji sebelumnya.
4. Tingkat Tinggi,
Yaitu Juz IV, dengan setresing pada aplikasi Ilmu Balaghah, dengan rincian : 
 a. Pemahaman Ilmu Al-Ma'ani,
b. Pemahaman Ilmu Al-Bayan, dan
 c. Pemahaman Ilmu Al-Badi',
metodenya Dialogis & Aktiverly.
Pada tingkatan ini, kajian Balaghanya sudah selesai. Pengetrapannya dalam Juz IV dan seterusnya, tergantung daya serap peserta didik dan kelincahan Ustadz pemandunya. Dengan demikian, pada kajian Juz V atau sesudahnya bisa mengembangkan Ulum al-Qur'annya. Dengan demikian, untuk memahami al-Qur'an tidak harus dibimbing Ustadz sampai 30 Juz, akan tetapi cukup sampai Juz IV saja. Ibarat mengajari mengemudi mobil, kalau sudah bisa maju mundur, parkir ke belakang dan berhenti di tanjakan, sudah cukup; selanjutnya terpulang kepada ketrampilan mereka membawa mobil.
3. BUKU PANDUAN :
Untuk menunjang proses belajar-mengajar, Mtode Manhaji menyediakan buku panduan yang bertingkat-tingkat sesuai dengan pokok bahasan dan jenjangnya, yaitu 4 Juz, fungsinya sebagai kamus dan pembantu waktu belajar. Karena itu dibagi-bagi per Juz, yang setiap Juznya merangkum muatan yang berbeda, model kedalaman air laut, semakin ke tengah semakin dalam dan luas.
Dengan rincian seperti ini, maka diharapkan peserta didik bisa memepelajari ayat-ayat al-Qur'an langkah demi langkah. Setelah mereka melampaui 4 Juz mereka sudah bisa berjalan sendiri, tidak perlu dibimbing sampai Juz 30, karena Juz-juz berikutnya, tinggal melanjutkan sendiri, karena pada dasarnya semua ilmu alat sudah mereka pelajari sebelumnya.
Bersambung.









III. KEISTIMEWAAN METODE MANHAJI :
 Diantara keistimewaan Metode Manhaji adalah :
1. Dari segi metodenya :
 Bahwa Metode Manhaji ini mengajak para peserta untuk mempelajari Al-Qur'an Al-Karim secara berturut-turut mulai dari Juz I ke Juz II, III, dan IV, sebagaimana mengaji biasa, namun muatan kajiannya mengikuti jenjang-jenjang tertentu, semakin tambah juz semakin luas dan dalam muatan kajiannya.

2. Dari segi masa belajarnya :
 Bahwa dengan Metode Manhaji materinya dapat ditempuh dalam waktu relatif effektif sesuai dengan kemampuan peserta itu sendiri. Artinya hanya mengkaji beberapa Juz saja, dan dalam waktu yang singkat, mereka yang pengetahuan Al-Qur'annya 0 %, sudah bisa mengartikan ayat-ayat Al-Qur'an, meski masih dalam batas-batas tertentu.
3. Dari segi kelembagaannya :
 Dengan menggelar Metode Manhji ini, maka para peserta yang tidak sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren, bisa mempelajari Al-Qur'an sekaligus Bahasa Arabnya, tanpa mondok yang belum tentu setiap daerah ada Pondok Pesantrennya, kalau toh ada, belum tentu mereka mempunyai kesempatan khusus untuk itu, baik karena faktor lingkungan, spesialisasi, pekerjaan dan lain-lainnya, dan itupun belum tentu yang dipelajarinya secara spesifik langsung kepada Al-Qur'an.
4. Dari segi sistemnya :
 Dengan menggunakan CBSA, kelompok belajar yang maksimal 15 orang, dengan dipandu seorang Ustadz, memungkinkan mereka mempunyai daya serap yang lebih tinggi dan effektif, karena dalam sistem ini mereka akan secara aktif mempraktekkan mengartikan ayat melalui kajian arti kata-katanya, sekaligus mengakrabinya.
5. Dari segi pesertanya :
 Bahwa Metode Manhaji ini bisa diikuti oleh berbagai kelompok umur, dari usia 17 (Usia SMA) ke atas sampai usia yang tak terbatas, dengan kwalitas ilmu yang berbeda sekalipun, disamping latar belakang pendidikan, profesi, pekerjaan bahkan meskipun mereka dalam satu group / kelas. Mengapa usia 17 th.? Karena mulai usia itu peserta sudah bisa diajak berfikir, menalar, dan menganalisa. Tapi bukan berarti bahwa anak-anak usia SMP tidak bisa, bahkan usia SD pun bisa, hanya saja muatannya belum bisa menjangkau muatan yang ideal, karena mereka masih dalam taraf mengaji, belum mengkaji.
6. Dari segi waktunya :
 Bahwa Metode Manhaji ini, bisa diselenggarakan kapan dan di mana saja mereka mau, sesuai dengan situasi dan kondisi mereka, tidak terikat oleh sistim tahun ajaran baru. Dan masa belajarnya pun tergantung kepada kemampuan dan daya serap mereka, semakin tinggi daya serapnya semakin singkat waktu belajarnya.
7. Dari segi praktisnya :
 Bahwa Metode Manhaji ini langsung menyajikan materi pelajaran berupa ayat-ayat Al-Qur'an, dan juga sekaligus menguraikan Bahasa Arabnya, dengan demikian para peserta tidak perlu waktu secara khusus untuk belajar Bahasa Arab, (Sharaf dan Nahwu) baru mempelajari Al-Qur'an.
IV. URGENSI METODE MANHAJI :
 Disamping Metode Manhaji ini mempunyai kelebihan tersebut, juga mempunyai urgensi sebagai berikut :

1. Urgensi Diskriptif :
 Maksudnya bahwa Metode ini merupakan jalan pintas untuk mengerti dan mehamami Al-Qur'an Al-Karim, secara lengkap dan menyeluruh. Artinya, bukan saja kajian kata demi kata, ayat demi ayat, tapi sekaligus juga kandungan isinya, dan secara tidak langsung mengkaji bahasanya, baik materi maupun strukturnya, kaidah dan jiwa bahasanya, karena semuanya adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Urgensi terapan :
 Maksudnya, dengan menggelar program ini diharapkan bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat muslim, terutama bagi mereka yang tidak / belum sempat mengaji di Pondok Pesantren, atau Madrasah-madrasah, dari yang masih remaja, maupun yang sudah di atas usia 60 tahun, sehingga secara umum bisa mengarah kepada memasyarakatkan Al-Qur'an dan meng Qur'an kan masyarakat.
 Mengapa harus mulai dari usia remaja ? Karena materi kajian yang dimulai dari awal Al-Qur'an menuntut kedewasaan berpikir, disamping itu banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang menggunakan bahasa-bahasa orang dewasa, bukan bahasa anak-anak, di saat mereka ini masih belum mampu memanjangkan nalar.
V. MANFAAT METODE MANHAJI :
 Metode Manhaji ini dalam kapasitasnya sebagai salah satu intrumen pendidikan, disamping ingin menjangkau tujuan yang dimaksud, adalah juga mengandung manfaat yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bagi Ummat :
 Dengan menggelar Metode ini berarti menambah pesatnya syiar Islam, baik kwalitas maupun kwantitasnya, yang secara kontinyu memang harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.


2. Bagi suatu lembaga :
 Akan meningkatkan aktifitas dan kegiatan Lembaga penyelenggara, dalam rangka mensikapi dan menjawab tantangan zaman, dimana eksistensi dan perannya senantiasa dibutuhkan oleh ummat.
3. Bagi para peserta program :
 Akan meningkatkan kwalitas pribadi secara psikologis maupun ilmiyah, sehingga akan meluaskan wawasan mereka, selanjutnya akan berdaya guna untuk meningkatkan amalan islami, sesuai dengan isi dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang mereka pelajari. Disamping itu, mereka yang tadinya baru sampai pada tingkat baca saja, akan bisa meningkatkan lagi sampai kepada memahami apa yang mereka baca, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam shalat mereka.
4. Bagi Pemerintah :
 Program ini ikut serta mengisi dan mewarnai pembangunan bidang mental sepiritual, untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, minimal sebagai upaya untuk meningkatkan SDM, sejalan dengan penghayatan dan pengamalan UUD-45 secara murni dan konsekwen, khususnya Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
5. Bagi keluarga :
 Dengan mengikuti program ini mereka akan mendapatkan apa yang terkandung di dalam kitab suci mereka, untuk selanjutnya akan membantu membentuk keluarga yang sakinah yang menjadi dambaan setiap keluarga, disamping mereka akan menepis budaya yang tidak islami.
6. Bagi Ta'mir Masjid, Mushalla :
 Dengan membuka program ini berarti memberikan nilai tambah dalam menyemarakkan dan meningkatkan aktifitas yang sudah ada, sehingga fungsi Masjid / Mushalla akan lebih meningkat dan dapat dirasakan ummat sebagai salah satu pusat pendidikan dan budaya ummat.
7. Bagi Jamaah :
 Dengan mengikuti program ini, mereka bisa mengerti secara langsung isi ajaran Al-Qur'an, yang selanjutnya tanpa ragu lagi mereka akan menyatukan wawasan dan langkah, apalagi karena Al-Qur'an mengajarkan Ukhuwwah Islamiyah.
Bersambung.




VI. TUJUAN PROGRAM :
Tujuan yang ingin dicapai oleh Program ini adalah :
1. Tujuan Materiel :
 Yaitu ingin memasyarakatkan Al-Qur'an. Dalam arti agar masyarakat segera mengenal, menghayati dan akhirnya mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat, yang secara otomatis akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka.
2. Tujuan moril :
 Yaitu menciptakan generasi Qur'ani, sejalan dengan firman Allah SWT. dalam Surah Al-Nisa' : 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا 
 Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir akan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
 Untuk mencapai apa yang tertera di dalam ayat ini, maka langkah-langkah yang perlu ditempuh ialah, 1). Harus punya kekhawatiran meninggalkan generasi yang loyo tak berdaya, karena itu 2). Harus selalu berupaya mempersiapkan generasi penerus yang sebaik-baiknya, dengan membuka berbagai lapangan pendidikan, 3). Bahwa lapangan pendidikan tersebut haruslah dijiwai oleh semangat agama dan taqwa, artinya disamping Imtaq nya juga Ipteknya.
 Dan firman Nya pula dalam Surah Al-Anfal : 60 :
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ.
 Artinya :
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian snaggup mempersiapkannya.
 Ayat ini juga menyuruh agar para orang tua mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana, yang akan menjadi wahana, dalam rangka menggulo wentah anak cucunya, untuk menjadi generasi penerus yang cakap dan trampil. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. juga menganjurkan dengan sabdanya :
عَلِّمُوْا أَبْنَاءَكُمْ السِّبَاحَةِ وَ الرِّمَايَةِ (عن بكر بن عبد الله بن الربيع الأنصاري - حديث حسن).
 Artinya :
Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah (Dari Bakr ibn Abdullah ibn Rabi' al-Anshari - Hadits Hasqan).
 Artinya, ajarilah anakmu ketrampilan dan ketangkasan, berupa apapun, sebagaimana orang sekarang membuat berbagai macam cabang olah raga.
 Oleh karena itu pendidikan yang mengajarkan tentang isi dan kandungan Al-Qur'an adalah prioritas utama bagi dirinya dan generasi penerusnya sebelum mereka dikonsumsi pendidikan yang lain, khususnya untuk menjawab tantangan era globalisasi yang mau tidak mau harus kita hadapi suka atau tidak suka, dimana di dalamnya akan dijumpai berbagai perkembangan budaya manusia dari berbagai belahan dunia, yang sudah dapat dirasakan kesannya semakin menjauh dan tidak bersahabat dengan ajaran Al-Qur'an.
3. Tujuan strukturil :
 Yaitu dapat memahami Al-Qur'an secara tepat. Maksudnya agar Al-Qur'an bisa dipahami sebagaimana yang dikehendaki oleh Sang Pencipta, melalui pemahaman kata-katanya, struktur dan kaidahnya, sehingga bisa dipahami jiwanya sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Qur'an itu sendiri, bukan diartikan menurut kemauan makhluq yang dicipta Nya, bukan pula untuk ditafsir maupun ditakwilkan menurut kebutuhan makhluq, apalagi sampai memutar balikkan ayat dan memanipulasinya untuk tujuan-tujuan keduniaan. 
 Untuk bisa memahami struktur tersebut, mula-mula harus mengerti arti kata per katanya, kemudian rangkaian bahasanya, baru maksud dan jiwa bahasanya, karena Al-Qur'an bukan sekedar kitab biasa. Al-Qur'an adalah sarat dengan pelajaran dan mutiara hikmah.

VII. REFERENSI :
Baik dalam pengajaran maupun dalam buku panduan yang disediakan, sebagai sumber pengambilan dan referensinya, kami rujuk buku-buku standar yang berbahasa Indonesia, terutama yang berbahasa Arab, diantaranya :
A. KITAB-KITAB TAFSIR :
1. Tafsir Jalalain.
2. Fathul Qadir (Li al-Syaukani).
3. Mukhtashar Ibnu Katsir.
4. Al-Kasysyaf (Li al-Zamakhsyari).
5. Al-Maraghi (Li Mushthafa al-Maraghi).
6. Ath-Thobari.
7. Al-Munir (Li alk-Zuhaili).
8. Fi Dzilalil al-Qur'an (Li al-Sayyid Qutb).
9. Shafwatu al-Tafasir (Li al-Shabuni).
10. al-Azhar (Li Hamka).
11. Adhwa'u al-Bayan (Li Muhammad al-Syanqithi).
12. Tafsiru Kalimati al-Qur'an (Li Hasanain Makhluf).
13. Ayatu al-Ahkam (Li al-Shabuni).
14. Shafwatul Bayan (Li Hasanain Makhluf).
B. BUKU TERJEMAH :
1. Al-Qur'an (Departemen Agama RI).
2. Terjamah Al-Qur'an A. Hassan.
3. Tafsir Al-Bayan (Hasbi Ash-Shiddiqi).
C. 'ULUMUL QUR'AN :
1. Al-Itqan (Li al-Suyuthi).
2. Mabahits fi 'Ulumil Qur'an (Li al- Shubhi).
3. Mabahits fi 'Ulumil Qur'an (Li Manna' Qaththan).
4. At-Tibyan (Li al-Shabuni).
5. Al-Burhan (Li al-Zarkasyi).
6. Manahi al-'Irfan (Li al-Zurqani).
7. Rasmul Mushhaf (Li al-Farmawi).
8. Rasmul Mushhaf (Li al-Syalabi).
9. I'jazu al-Qur'an (Li al-Rafi'i).
10. I'jazu al-Qur'an (Li al-Baqilani).
11. Al-Ta'rif bi al-Qur'an wa al-Hadits (Li al-Zafzaf).
12. al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur'an (Li al-Karmani).
13. Asraru al-Tikrar (Li al-Karmani).
14. Atsaru al-Qur'an wa al-Qira'at (Li al-Labidi). 
D. KITAB-KITAB QIRO'AH ;
1. Al-Sab'ah (Ibnu Mujahid).
2. Hujjatu al-Qiro'ah (Li Said Al-Afghani).
3. Imla-u ma manna bihi al-Rahman (Li Al-'Akbari).
4. Musykilu I'rabi al-Qur'an (Li Al-Qaisiy).
5. Atsaru al-Qur'an wal Qiro'ah fi al-Nahwi (Li Al-Labidiy).
6. Al-Burhan fi Tajwidil Qur'an .
7. Al-Mukarrar (Li Abi Hafsh al-Anshari)
8. Al-Nasyr (Li Al-Dimsyaqi).
E. KAMUS-KAMUS :
1. Kamus Kalimat Al-Qur'an (A. Qadir).
2. Kamus Mahmud Yunus.
3. Kamus Al-Kalali.
4. Al-Maurid (Li Munir al-Ba'labaki)
5. Qamus Al-Jaib.
6. Majma'u al-Lughat (Li Jarwan al-Sabiq).
7. Al-Munjid.
8. Lisanu al-Arab.
9. Asasu al-Balaghah.
F. KUTUB AL-LUGHAH :
1. Alfiyah ibnu Malik.
2. Syarah al-Asymuni (Li Muhyiddin).
3. Audhahu al-Masalik (Li Ibn Hisyam).
4. Jami'u al-Durus (Li Al-Ghulayaini).
5. Qathru al-Nada (Li Ibn Hisyam).
6. Al-Tathbiq al-Nahwi (Li al-Rajhi).
7. Al-Kamil fi al-Nahwu (Li Ahmad Qabbisy)..
8. Kitabu al-Tashrif.
9. Al-Balaghatu al-Wadhihah.
10. 'Ulumu al-Balaghah.
11. Al-Jauharu al-Maknun.
12. Jawahiru al-Balaghah.
13. Fiqih Lughah (Li al-Ts'alibi).
14. Al-Khath al-'Arabi (Li Al-Juburi).
15. Dan lain-lain.
G. AL-MA'AJIM :
1. Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfadhi al-Qur'an.
2. Al-Fahrasat (Li Ibn Nadim).
3. Mu'jamu al-Qawa'id (Li Anthuwan al-Dahdah).
4. Mu'jamu al-Mushthalahat al-'Arabiyah (Li Wahbah).
5. Mu'jamu al-Buldan.
6. Al-Mausu'ah (Li Muhammad Syafiq Gharbal).
H. SEJARAH :
1. Al-Bidayah wa al-Nihayah (Li Ibn Katsir).
2. Siratu al-Rasul (Li Sami al-Maghluts).
3. Fiqhu al-Sirah (Li al-Buthi).
4. Athlasu al-Qur'an (Li Syauqi).
5. Al-Sirah al-Nabawiyah (Li Syauqi).
6. Al-Sirah al-Nnabawiyah (Li Ibn Hisyam).
7. Tarikhu al-Anbiya' (Li Sami al-Maghluts).
8. Khatamu al-Nabiyin (Li Muhammad Khalid).
9. Al-Nubuwatu wa al-Anbiya' (Li al-Shabuni).
10. Al-'Iqdul Farid (Li Muhammad Abduh).
11. Dll.
VIII. OTODIDAK
Meskipun demikian, Metode Manhaji ini dapat juga dipelajari secara otodidak, karena setiap ayat banyak pengulangan kata-kata, dan arti yang mengiringi setiap ayat pun dapat membantu menemukan artinya perkata secara mudah. Hanya harus difahami bahwa orang yang mempelajari ini secara otodidak harus siap mental dan penuh percaya diri, karena ibarat orang yang belum pernah tahu Jakarta, kemudian pergi ke sana sendiri tanpa pemandu yang sudah tahu Jakarta.
Mengingat terbatasnya ruang, maka uraiannya disajikan secara singkat, dengan harapan bisa dikembangkan sendiri oleh para peminat yang budiman.

IX. PENUTUP.
Dalam mengikuti teori ini, peserta didik akan menjumpai beberapa kemudahan, antara lain, di Juz I saja kira-kira 70 % nya merupakan pengulangan, yang asal katanya sama, hanya berubah bentuknya saja, itupun masih dipermudah lagi dengan ciri-ciri setiap kata yang Musytaq yang sama. Juga, dalam setiap tatap muka, paling banyak mereka perlu menghafalkan 20 kata-kata saja, itupun bisa dihafalkan dalam waktu yang relatif singkat, karena pada umumnya memiliki ciri yang sama. Di samping itu, peserta didik bisa melatih diri sendiri dengan bantuan Buku Panduan yang disediakan, yang dirancang sedemikian rupa.
Atas dasar uraian di atas, dapat dimengerti bahwa untuk memahami al-Qur'an tidak memerlukan kepandaian, yang penting kemauan. Tulisannya bisa diamati, perubahan kata-katanya kebanyakan beraturan, dan hanya membutuhkan ingatan.
Bagaimana cara mengingatnya ?
Coba perhatikan, al-Qur'an terdiri dari 30 Juz. Nabi SAW. menerima al-Qur'an selama 23 tahun. Kalau saja al-Qur'an hanya terdiri dari 23 Juz, berarti Nabi SAW. menerimanya setiap tahun hanya 1 Juz, atau kira-kira 10 lembar bolak-balik. Berarti 7 Juz sisanya dibagi 23 tahun sama dengan kurang lebih 2 lembar pertahun. Berarti Nabi SAW. menerima al-Qur'an setiap tahun kurang lebih hanya 12 lembar, ini berarti Nabi SAW. menerimanya 1 lembar setiap bulan, berarti setiap halaman dipelajari dalam waktu 2 minggu, berarti setiap minggunya separoh halaman, atau 7 baris, berarti satu hari hanya 1 baris. Ini tidak mungkin sulit.
Sehari semalam adalah 24 jam, menurut dokter yang sehat tidurnya 8 jam, untuk kerja kantor 10 jam (termasuk perjalanannya), 4 jam untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, rapi-rapi atau bersih-bersih dll. Jadi setiap hari masih ada sisa waktu 2 jam. Ambil saja misalnya satu hari maksimal 1 jam untuk mempelajari 1 baris tadi, pasti tidak akan sulit, apalagi dalam satu ayat saja sering terjadi pengulangan kata.
Demikian, semoga sumbangan pikiran ini bermanfaat. Amin.

1 komentar:

  1. assalam mualaikum.pa kl sy mo beli bukunya bgmn brp hrganya ? tlg hub sy di 021-68289811 / iwan.tq

    BalasHapus